Profil Desa Dermasuci
Ketahui informasi secara rinci Desa Dermasuci mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Dermasuci di Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Mengungkap fakta di balik wilayah yang dikenal karena kondisi geografi rawan bencana tanah bergerak, serta potret ketangguhan masyarakat, upaya relokasi, dan potensi tersembunyi di tengah tantan
-
Wilayah Rawan Bencana
Desa Dermasuci secara geologis berada di zona rawan pergerakan tanah yang tinggi, menjadikan bencana sebagai bagian dari siklus kehidupan masyarakat dan tantangan utama pembangunan.
-
Ketangguhan Komunitas
Di tengah ancaman bencana yang berulang, masyarakat Desa Dermasuci menunjukkan ketahanan sosial yang kuat, salah satunya tercermin dalam tradisi budaya seperti Sedekah Bumi.
-
Fokus pada Relokasi
Upaya penanganan bencana di desa ini berpusat pada program relokasi hunian warga ke area yang lebih aman, sebuah proses jangka panjang yang melibatkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten.
Desa Dermasuci, sebuah wilayah di Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, menjadi sorotan bukan hanya karena keindahan bentang alam perbukitannya, tetapi juga karena tantangan geologis berat yang dihadapinya. Desa ini secara konsisten menghadapi ancaman bencana pergerakan tanah, sebuah fenomena yang telah membentuk karakter sosial, ekonomi dan arah pembangunan desa secara mendalam. Profil ini menyajikan gambaran objektif mengenai kondisi Desa Dermasuci, dari letak geografis dan demografi, hingga perjuangan warganya dalam menghadapi bencana dan upaya kolektif menuju masa depan yang lebih aman.
Kata kunci seperti "Desa Dermasuci," "Pangkah Tegal," "bencana tanah bergerak," dan "relokasi Dermasuci" menjadi inti dari narasi desa ini, mencerminkan realitas yang dihadapi oleh ratusan keluarga yang mendiaminya. Di balik tantangan tersebut, tersimpan potret ketangguhan komunitas dan upaya pemerintah yang berkelanjutan dalam mencari solusi permanen.
Kondisi Geografis dan Demografi
Secara geografis, Desa Dermasuci terletak di bagian selatan Kecamatan Pangkah, menempati area dengan topografi yang unik dibandingkan desa-desa lain di sekitarnya. Berdasarkan data statistik Kecamatan Pangkah tahun 2013, Dermasuci merupakan satu-satunya desa di kecamatan tersebut yang memiliki kontur wilayah berbukit-bukit, dengan titik tertinggi mencapai 215 meter di atas permukaan laut. Wilayahnya juga tercatat memiliki kawasan hutan rakyat seluas 115 hektar. Struktur tanah yang labil di area perbukitan ini, ditambah dengan curah hujan tinggi, menjadi faktor utama pemicu bencana pergerakan tanah yang kerap terjadi.
Mengenai data kependudukan, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal mencatat pada tahun 2023, terdapat 1.016 kepala keluarga (KK) di Desa Dermasuci. Jumlah ini terdiri dari 882 KK dengan kepala keluarga laki-laki dan 134 KK dengan kepala keluarga perempuan. Meskipun data spesifik mengenai luas wilayah dan jumlah jiwa penduduk terbaru belum dipublikasikan secara resmi sehingga kepadatan penduduk belum dapat dihitung secara akurat data jumlah kepala keluarga ini menunjukkan adanya komunitas yang cukup besar yang hidup di bawah bayang-bayang risiko bencana.
Letak administratif desa ini berada di Jalan Cinawi II, RT 06 RW 04. Informasi mengenai batas-batas wilayah desa secara spesifik dengan desa tetangga belum tersedia dalam data publik, namun posisinya di dalam Kecamatan Pangkah menempatkannya berdekatan dengan pusat pemerintahan dan layanan publik di tingkat kecamatan. Infrastruktur dasar seperti fasilitas pendidikan ada di desa ini, di antaranya SD Negeri Dermasuci 01 dan SD Negeri Dermasuci 02, yang ironisnya sering beralih fungsi menjadi posko pengungsian saat bencana melanda.
Tantangan Bencana dan Upaya Mitigasi
Sejarah Desa Dermasuci dalam beberapa dekade terakhir tidak bisa dilepaskan dari bencana pergerakan tanah. Fenomena ini bukanlah kejadian tunggal, melainkan sebuah siklus yang berulang, terutama pada puncak musim penghujan. Kejadian paling signifikan yang terekam media terjadi pada Februari 2022, ketika pergerakan tanah masif merusak ratusan rumah warga. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal saat itu menyebutkan lebih dari 238 rumah mengalami kerusakan dengan kategori ringan, sedang, hingga berat.
Bencana tersebut memaksa ratusan warga untuk mengungsi. Pada puncaknya, jumlah pengungsi mencapai 832 jiwa, yang terdiri dari 413 laki-laki, 419 perempuan, 22 lansia, dan 28 balita. Mereka ditampung di lokasi-lokasi darurat, termasuk di fasilitas sekolah dan rumah kerabat yang lebih aman. Dampak bencana tidak hanya merusak hunian, tetapi juga infrastruktur vital seperti jalan desa yang ambles dan retak, mengisolasi sebagian wilayah dan menghambat aktivitas ekonomi.
Menanggapi kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Tegal bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah pusat telah mengambil langkah-langkah penanganan. Bupati Tegal, Umi Azizah, pada saat itu menyatakan bahwa solusi jangka panjang ialah relokasi. "Solusi terbaiknya adalah warga yang masih bertempat tinggal di zona gerakan tanah tersebut secepatnya pindah ke tempat relokasi yang sudah disediakan," ujarnya pada Februari 2022.
Rencana relokasi ini sesungguhnya sudah dirintis sejak 2017, setelah kajian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan pemindahan permukiman dari zona merah. Pemerintah Kabupaten Tegal telah menyiapkan lahan seluas ribuan meter persegi untuk pembangunan hunian baru. Namun prosesnya menghadapi berbagai kendala, mulai dari keterbatasan anggaran hingga keengganan sebagian warga untuk pindah karena keterikatan dengan tanah leluhur dan lahan pertanian mereka. Bantuan pembangunan rumah baru datang dari berbagai sumber, termasuk APBD, Baznas, serta donasi dari berbagai pihak swasta dan masyarakat.
Perekonomian dan Kehidupan Sosial Budaya
Di tengah tantangan bencana, roda perekonomian Desa Dermasuci terus berputar, meskipun informasinya tidak banyak terekspos. Basis utama ekonomi masyarakatnya ialah sektor agraris, yang mencakup pertanian dan pemanfaatan hasil dari hutan rakyat. Hal ini terlihat dari salah satu tradisi budaya masyarakat yang masih lestari, yaitu Ruwatan dan Sedekah Bumi. Dalam ritual ini, warga mengarak gunungan yang tersusun dari berbagai hasil bumi sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang dilimpahkan.
Produk spesifik yang menjadi unggulan dari sektor pertanian desa ini belum teridentifikasi secara jelas dalam data publik. Namun, kegiatan Sedekah Bumi mengindikasikan bahwa masyarakat menanam berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk dijual ke pasar lokal. Ketergantungan pada lahan pertanian ini pula yang menjadi salah satu faktor kompleks dalam program relokasi, di mana warga mempertimbangkan jarak antara hunian baru dengan lahan garapan mereka.
Kehidupan sosial masyarakat Desa Dermasuci menunjukkan tingkat ketahanan dan gotong royong yang tinggi. Menghadapi bencana yang berulang kali datang, sistem sosial informal di antara warga menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan pertama dan dukungan moril. Solidaritas ini juga menjadi modal sosial yang penting dalam proses pemulihan pasca-bencana. Peran tokoh masyarakat dan aparat desa, seperti Kepala Desa Mulyanto yang aktif berkoordinasi saat krisis 2022, menjadi sangat sentral dalam menjembatani komunikasi antara warga dengan pemerintah dan para relawan.
Arah Pembangunan dan Masa Depan Desa
Masa depan Desa Dermasuci sangat bergantung pada keberhasilan program mitigasi bencana, terutama proyek relokasi. Pembangunan infrastruktur fisik di desa ini harus dilakukan dengan pertimbangan matang terhadap aspek keamanan geologis. Fokus pemerintah saat ini ialah memastikan warga yang tinggal di zona paling berbahaya dapat pindah ke hunian tetap yang aman dan layak. Hingga pertengahan 2025, proses ini terus berjalan secara bertahap.
Tantangan ke depan tidak hanya sebatas memindahkan warga, tetapi juga membangun kembali ekosistem sosial dan ekonomi di lokasi relokasi. Ini mencakup penyediaan akses terhadap lahan pertanian atau sumber mata pencaharian alternatif, serta pembangunan fasilitas umum yang memadai seperti sarana ibadah, sekolah, dan akses jalan yang baik. Keberhasilan program ini akan menjadi penentu apakah Desa Dermasuci dapat keluar dari siklus bencana yang selama ini menghantuinya.
Desa Dermasuci merupakan sebuah studi kasus nyata tentang bagaimana sebuah komunitas dapat bertahan dan beradaptasi di tengah kondisi alam yang ekstrem. Kisah mereka bukan hanya tentang kerentanan, tetapi juga tentang ketangguhan, kearifan lokal, dan harapan untuk membangun masa depan yang lebih stabil. Dengan kolaborasi yang solid antara masyarakat dan pemerintah, Dermasuci berpotensi bertransformasi dari desa yang identik dengan bencana menjadi simbol keberhasilan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia.
